Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah cabang linguistik yang berfokus pada penggunaan bahasa dalam konteks yang konkret. Ini mencakup bagaimana makna muncul dari interaksi antara penutur dan pendengar, serta bagaimana konteks situasional, sosial, dan budaya mempengaruhi komunikasi. Dalam bahasa Indonesia, pragmatik memainkan peran penting dalam memahami pesan yang disampaikan, tidak hanya melalui kata-kata yang diucapkan, tetapi juga melalui nada, isyarat non-verbal, dan konteks yang menyertainya.
Peran Pragmatik dalam Komunikasi Sehari-hari
Dalam komunikasi nyata, pragmatik membantu dalam membangun hubungan antarindividu. Misalnya, ketika seseorang mengatakan “Kamu mau kopi?” bukan sekadar pertanyaan tentang keinginan untuk minum kopi, tetapi bisa juga menjadi tawaran, atau bahkan ajakan untuk berbincang. Dalam konteks ini, keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada kata-kata yang digunakan, tetapi juga pada cara dan konteks di mana kata-kata tersebut diucapkan.
Dalam situasi lain, misalkan saat seseorang mengatakan kepada temannya “Kamu sudah datang?” pada saat acara dimulai, pernyataan tersebut bisa dipahami sebagai ungkapan bahwa dia mempersoalkan ketepatan waktu hanya jika dinyatakan secara harfiah. Namun, dari sudut pandang pragmatik, bisa jadi ungkapan tersebut juga menunjukkan rasa kecewa atau harapan untuk kehadiran teman lebih awal.
Konsep Deiksis dalam Pragmatik
Deiksis adalah salah satu konsep penting dalam pragmatik yang merujuk pada kata atau frasa yang maknanya bergantung pada konteks percakapan, seperti tempat, waktu, dan orang. Dalam bahasa Indonesia, kata ganti seperti “saya”, “kamu”, dan “mereka” merupakan contoh deiksis. Misalnya, ketika seseorang memperkenalkan diri di suatu daerah, ungkapan “saya dari sini” akan memiliki makna berbeda jika digunakan di kota yang berbeda, bergantung pada pengertian lokal.
Tentu saja, deiksis juga terlihat dalam ungkapan waktu. Jika seseorang mengatakan “besok” saat ini adalah hari Rabu, jelas maknanya adalah hari Kamis. Namun, jika ungkapan tersebut diucapkan pada hari Jumat, konteks waktu akan mengubah maknanya menjadi hari Sabtu. Dengan memahami deiksis, pendengar dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari narasumber.
Implikatur dan Maksud Tersirat
Implikatur adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan makna yang tidak diucapkan secara eksplisit tetapi dipahami oleh pendengar berdasarkan konteks. Dalam percakapan sehari-hari, terkadang kita tidak mengatakan apa yang kita maksud secara langsung. Misalnya, jika seseorang mengatakan “Aku sudah makan, tapi belum kenyang” dalam konteks undangan makan malam, bisa jadi yang dia harapkan sebenarnya adalah undangan untuk makan bersama.
Sebagai contoh lain, dalam sebuah pertemuan, jika seorang bos mengatakan “Keren ya presentasi hari ini,” itu bisa diartikan sebagai pujian. Namun, jika nada suaranya terdengar meragukan, mungkin itu merupakan kritik terselubung. Di sinilah pragmatik berperan untuk membantu pendengar menangkap nuansa dan makna yang lebih dalam dari pernyataan yang ada.
Pragmatik dalam Budaya dan Bahasa
Peran pragmatik juga sangat dipengaruhi oleh budaya dan norma sosial. Dalam budaya yang lebih formal, seperti budaya Indonesia, penggunaan bahasa yang sopan sangat penting. Menggunakan kata-kata seperti “tolong” dan “terima kasih” dalam interaksi sehari-hari menunjukkan penghormatan dan kesopanan.
Misalnya, saat berbicara dengan orang yang lebih tua, seorang pembicara mungkin memilih kata-kata yang lebih halus dan formal dibandingkan saat berbicara dengan teman sebaya. Ini menunjukkan bagaimana pragmatik berfungsi untuk menjaga hubungan sosial melalui penggunaan bahasa yang tepat. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kesalahpahaman dan bahkan bisa dianggap tidak sopan dalam budaya tertentu.
Kesadaran Pragmatik dalam Pembelajaran Bahasa
Dalam pembelajaran bahasa, penting bagi siswa untuk memahami aspek pragmatik agar dapat berkomunikasi dengan efektif. Tidak cukup hanya memahami tata bahasa dan kosakata, tetapi siswa juga perlu tahu bagaimana menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda. Sebagai contoh, ketika belajar bagaimana menawarkan sesuatu, siswa harus memahami bahwa cara mengajukan tawaran tersebut harus disesuaikan dengan siapa yang diajak bicara.
Pragmatik mencakup pemahaman tentang tidak hanya apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana dan mengapa kalimat itu diucapkan dengan cara tertentu. Dengan demikian, pemahaman pragmatik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi yang lebih baik dalam bahasa Indonesia.

